Gunung Lawu yang terletak di antara perbatasan dua provinsi, Jawa Tengah
dan Jawa Timur, mempunyai banyak jalur pendakian.Yang paling mainstream
mungkin udah pada tahu, yakni jalur Cemoro Sewu di Kabupaten Magetan,
Jatim dan Jalur Cemoro Kandang di Kabupaten Karanganyar, Jateng. Namun
mungkin belum banyak yang begitu familiar jika Lawu ternayata juga bisa
didaki dari obyek wisata eksotis, Candi Cetho yang berdekatan dengan
hijaunya hamparan kebun teh kemuning. Jalur pendakian ini lain dari yang
lain karena akan mengajak kita menyusuri keindahan “surga” tersembunyi
lawu yang masih menjadi misteri bagi kebanyakan pendaki. Berikut saya
sajikan 5 fakta menarik dari jalur pendakian tersebut.
1). Jalur terpanjang menuju puncak Hargo Dumilah
Jika dibandingkan dengan kedua jalur pendakian lain, yaitu cemoro sewu
dan cemoro kandang, jalur candi cetho akan mencatatkan rekor sebagai
jalur terpanjang. Sebab menurut situs
Gunung Bagging,
jika dihitung jalur ini panjangnya mencapai 16 km!!. Bandingkan dengan
cemoro sewu yang hanya 8 km dan cemoro kandang yang berkisar 12 km. Ini
dikarenakan jalur cetho alurnya seperti memutari punggungan lawu dari
arah utara terus menuju hingga sampai ke puncak. Konsekuensinya tentu
saja waktu tempuh menuju puncak lebih lama dari jalur2 lainnya yang
dapat mencapai 8-10 jam perjalanan.
2). Jalur terberat
Hahaha, ini sengaja saya ungkapkan bukannya mau menakut-nakuti atau
mematahkan semangat sebelum mencoba jalur ini. Namun, sangat penting
bagi kita, para petualang cinta (ceileeeh :D) untuk
memperoleh gambaran sedetail mungkin tentang perjalanan yang akan kita
tempuh. Informasi ini akan sangat bermanfaat karena kita dapat
mempersiapkan segalanya dengan lebih baik, lengkap beserta dengan
risiko2nya. Memang dibanding jalur pendakian lawu lain, jalur candi
cetho adalah yang paling menantang kemampuan fisik dan semangat para
pendaki.
Pasalnya jalur ini bisa dibilang jarang sekali memberi diskon atau
bonus. Maksudnya adalah kita akan lebih sering disuguhi tanjakan2 tanpa
ampun dibanding dengan jalur datar atau menurun. Hal ini dapat anda
rasakan sendiri sedari pos 1 hingga pos 3. Apalagi jalur pos 3 menuju
pos 4, nanjaknya brow... ajib bener. Namun setelah jalur ini akan banyak
kejutan yang dapat segera menghapus rasa lelah pendaki.
Tantangan lain yang juga tak dapat dainggap remeh adalah faktor cuaca
dan suhu. Beberapa teman pendaki sempat curhat mengenai suhu gunung
Lawu. Katanya suhu gunung ini merupakan salah satu yang terdingin
dibanding gunung2 lain di jawa tengah. Belum lagi jika ditambah dengan
faktor cuaca yang sulit diprediksi. Di tahun 2012, saya sampai pos
terakhir lawu dengan kondisi cuaca cerah. Namun hanya 2 jam berselang,
cuaca berubah drastis, kami serombongan dihadiahi hujan deras bak air
tumpah dari langit lengkap dengan dinginnya angin yang bertiup. Untung
masih diberi keselamatan, hehe.
3). Jalur paling alami
Pernahkah mendaki dan kemudian kita agak kecewa karena jalur pendakian
banyak dirusak oleh tangan2 jahil manusia. Para perusak alam yanga
anehnya justru mengaku pecinta alam tapi kelakuannya mencoret2 batu
seenaknya, menoreh kayu pepohonan, memetik edelweis, atau meninggalkan
sampah2 bekas makanan yang berserakan. Gunung sebagai tempat yang jauh
dari peradaban ternyata tak luput dari ulah tak bertangungjawab manusia.
Untungnya hal-hal negatif ini tidak menular ke jalur lawu via candi
cetho. Jangan sampai deh. Dari pengamatan saya, jalur ini dapat
dikatakan jalur yang paling alami. Mungkin karena relatif jarang dilalui
para pendaki Lawu. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita juga agar
ketika melewati jalur ini kita turut menjaganya yaitu dengan menjadi
pendaki yang beradab dan beretika.
4) Jalur yang paling komplet pemandangannya
Semenjak dari basecamp kita telah disambut oleh bangunan bersejarah
candi cetho yang terkesan mistis namun eksotis. Sebelum naik,
sempatkanlah mampir sejenak ke candinya. Menanjak sedikit kita akan
bertemu dengan peninggalan lain, yaitu candi recho ketek. Terus naik
mulailah kita merasakan atmosfir hutan yang rimbun nan asri. Dilanjutkan
dengan hutan cemara dan pinus, namun sayang beberapa bagiannya tak utuh
lagi karena terbakar. Tidak cukup sampai di situ, jauh di depan masih
menunggu panorama-panorama lain, padang sabana, lembah putus cinta,
sabana lagi, telaga menjangan, pasar setan (hiii sereeem), barulah
ditutup dengan puncak hargo dumilah.
5) Jalur yang paling berkesan
Poin ini sebenarnya bisa sangat subyektif dan tendensius haha. Namun
harus saya akui, memang pendakian lawu via candi cetho banyak
meninggalkan kesan mendalam bagi diri saya. Satu hal yang membuat saya
kagum adalah panoramanya yang begitu lengkap dan seakan sempurna.
Khususnya ketika kita berada di padang sabananya yang hijau terhampar
luas beratapkan langit membiru. Ah rasanya seperti berada di negeri
antah berantah, kata salah seorang teman saya. Ditambah lagi dengan
kesunyian yang akan menjadi atmosfer ketika menyusuri jalur ini.
|
Mbok Yem dan pendaki. Semoga tansah sehat dan panjang umur nggih Mbok :) |
By the way, belum lengkap ke Lawu kalo belum ngicipin nasi pecel koretan
ala Mbok Yem, yang meski agak ketus tapi selalu dirindukan oleh para
pendaki Lawu. Pokoknya sampe sekarang kamu masih yang paling berkesan,
lawu candi cetho...
Nggak tahu deh nanti kalau dapet kesempatan mendaki kilimanjaro, aconcagua, atau elbrus hehehe
First thing first, hal penting yang harus dipersiapkan
Kondisi fisik yang prima, peralatan pendakian yang lengkap, ijin orang
tua, etika dan kesopanan sebagai tamu di alam, dan administrasi
pendakian.
Selamat berpetualang :)))